» Organisasi
  » Litbang
  » Penerbitan
  » Event
 
 
 
 
 

:: Recently Up-Dated News ::

Home  


  :: Unej Punya beban Berat

       JEMBER – Rektor Universitas Jember (Unej) ke depan harus memenuhi banyak kriteria, karena Unej ke depan menghadapi persaingan yang semakin ketat. Di antara banyak kriteria tersebut, yang paling mendasar adalah, rektor Unej ke depan harus mempunyai sikap waspada, waskita, dan wicaksono.

Demikian dikatakan Prof Dr Simanhadi Widyaprakoso, rektor Unej antara 1986-1996, dalam diskusi jelang pemilihan rektor bertajuk Merumuskan Pekerjaan Rumah Unej ke Depan yang diselenggarakan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Ecpose FE Unej, Sabtu kemarin.

Prof Dr Simanhadi W

             Selain Simanhadi, hadir sebagai pembicara adalah Prof Dr Ayu Sutarto, budayawan dan pengamat pendidikan Unej.

Menurut Simanhadi, ketiga sikap tersebut berelevansi kuat terhadap perkembangan zaman di masa mendatang. ”Selanjutnya ibarat seorang ksatria, para pemimpin dan sivitas akademika perlu bersikap antisipatif dengan menggunakan metodologi tepat guna dan berwibawa dalam melaksanakan tugasnya,” ujar Simanhadi yang juga guru besar bidang pedagogi tersebut.

Selanjutnya, kata Simanhadi, sebagai pelaksana tugas rektor baru harus menerapkan keterbukaan yang penuh tanggung jawab. ”Dalam bahasa Jawa, disebut berbudi, bawa laksana alias transparan dan melaksanakan komitmen yang elah disepakati bersama,” urai Simanhadi.

Senada dengan Simanhadi, Ayu Sutarto menegaskan, Unej mempunyai banyak problem pelik yang harus segera diatasi agar bisa bersaing dengan perguruan tinggi lain. ”Unej itu punya potensi besar. Mahasiswanya saja mencapai hampir 20 ribu mahasiswa. Tapi, selama ini masih belum dimanfaatkan maksimal,” ujar Ayu. Tidak mengherankan jika kemudian nama Unej tidak dikenal di masyarakat secara luas.

Menurut Ayu, rektor Unej ke depan harus mempunyai tiga kriteria. Pertama, kadar kualitas akademisnya harus mendapat pengakuan. ”Artinya, kualitas akademisnya harus jelas. Bagaimana rekam jejak penelitiannya, apa sudah membuat buku, dan sebagainya,” urainya.

Kedua, rektor Unej ke depan harus mempunyai loyalitas yang tinggi kepada lembaga dan tidak mengutamakan kepentingan pribadi atau kelompoknya. ”Namun ingat, loyalitas ini tak bisa diukur dari apakah calon rektor itu alumnus Unej atau tidak. Kalau kita hanya mempermasalahkan asal pendidikan calon rektor, itu namanya primordial,” terang Ayu.

Ketiga, rektor Unej ke depan harus mempunyai jaringan yang luas, baik di lingkungan akademis dalam negeri, luar negeri, maupun di dalam masyarakat secara luas. ”Dengan jaringan yang bagus, Unej dapat menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Ini tentu menguntungkan bagi pengembangan Unej,’ urainya.

Sementara itu, dalam diskusi kemarin, masih banyak elemen mahasiswa yang memrotes mekanisme pemilihan yang cenderung tertutup, karena tidak melakukan penjaringan secara luas di seluruh anggota sivitas akademika, baik itu mahasiswa, dosen, maupun karyawan. Model pemilihan semacam itu dinilai mengingkari nilai-nilai demokrasi.

Para mahasiswa juga menuntut agar rektor mendatang sanggup menolak upaya alih status Unej sebagai perguruan tinggi negeri (PTN) menjad Badan Hukum Pendidikan (BHP). ”Sebab, dengan menjadi BHP, maka kita telah resmi membiarkan terjadinya liberalisasi dan kapitalisasi pendidikan,” ujar Nody Arizona, aktivis mahasiswa FE Unej, kemarin.

 
 
 

LPME ECPOSE 

informatif  aktual  ilmiah

 

 

 

 

 

 

  ecpose.co.nr presented by LPME ECPOSE

      Universitas Negeri Jember